Kontrak Kerja Habis? Ini Cara Agar Keuangan Tetap Stabil
Di Indonesia, sistem kerja kontrak atau PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) semakin lazim, terutama di sektor industri, retail, pendidikan non-formal, hingga startup digital. Sayangnya, masih banyak pekerja kontrak yang tidak menyiapkan diri secara finansial untuk menghadapi masa habis kontrak. Akibatnya, ketika gaji berhenti, muncul kepanikan: tabungan tidak ada, pekerjaan pengganti belum siap, dan biaya hidup tetap menagih.
Artikel ini membahas secara komprehensif langkah-langkah yang bisa dilakukan pekerja kontrak di Indonesia, agar tetap stabil secara keuangan—baik saat masih bekerja maupun ketika masa kontraknya telah habis.
Pahami Bahwa Status Kontrak Itu Sementara, dan Bersikaplah Seperti Orang yang Sedang Menumpang
Hal pertama yang perlu disadari oleh setiap pekerja kontrak adalah bahwa status pekerjaan ini bersifat sementara. Sama seperti seseorang yang menumpang di rumah orang lain, ia tidak boleh merasa terlalu nyaman. Begitu pula dengan status kontrak. Meski memiliki jam kerja tetap dan menerima gaji rutin, kenyataannya masa kerja Anda telah ditentukan sejak awal.
Banyak orang terlena karena merasa "sudah punya kerja," padahal mereka hanya berada di fase sementara. Kesalahan paling umum adalah menganggap seolah posisi mereka akan bertahan selamanya, lalu mulai menjalani hidup seperti karyawan tetap: mulai kredit barang, memaksakan gaya hidup, dan mengabaikan perencanaan masa depan.
Bersikaplah layaknya pelari estafet—fokus pada lintasan Anda saat ini, tapi siapkan tongkat untuk diserahkan ke lintasan selanjutnya. Itulah kunci bertahan sebagai pekerja kontrak.
BACA JUGA: Hak dan Kewajiban Karyawan Menerut Peraturan Yang Berlaku di Indonesia
Segera Buat Rencana Keuangan Sejak Hari Pertama Anda Bekerja
Begitu Anda menandatangani kontrak kerja, itu bukan hanya lampu hijau untuk mulai bekerja, tapi juga sinyal untuk segera mengatur strategi finansial. Waktu Anda terbatas. Jika masa kontrak hanya 6 bulan, maka Anda hanya punya waktu setengah tahun untuk menyusun pondasi keuangan sebelum kemungkinan besar kehilangan penghasilan tetap.
Rencana keuangan ini tidak perlu rumit. Langkah awalnya sederhana: catat penghasilan, tentukan kebutuhan bulanan, lalu sisihkan sisanya untuk tabungan dan dana darurat. Banyak orang menunggu "uang lebih" untuk mulai menabung, padahal yang dibutuhkan adalah disiplin, bukan nominal besar. Sisihkan 20–30% gaji Anda, bukan saat gaji besar, tapi setiap kali Anda menerima gaji—tidak peduli berapa pun jumlahnya.
Manfaatkan alat bantu sederhana seperti aplikasi pengelola keuangan (Money Lover, Catatan Keuangan Harian, atau bahkan spreadsheet Google Sheet). Jangan biarkan uang Anda lewat begitu saja tanpa diketahui ke mana perginya.
Bangun Dana Darurat, Bukan Sekadar Tabungan
Dana darurat bukanlah tabungan biasa. Ia adalah jaring pengaman jika Anda tiba-tiba tidak memiliki pemasukan. Idealnya, pekerja kontrak menyiapkan dana darurat minimal sebesar 3 bulan gaji. Jika Anda dikontrak selama 1 tahun dengan gaji Rp3 juta per bulan, targetkan untuk memiliki minimal Rp9 juta dalam dana darurat saat kontrak habis.
Yang perlu dipahami, membangun dana darurat itu bukan soal besar kecilnya, tetapi soal konsistensinya. Banyak pekerja kontrak tidak mulai karena merasa “uangnya kecil,” padahal justru karena kecil itulah Anda harus memaksimalkan manajemen.
Simpan dana darurat di tempat yang mudah dicairkan namun tidak mudah diakses untuk belanja impulsif, seperti rekening berbeda dari rekening utama, atau e-wallet yang tidak Anda hubungkan dengan aplikasi belanja online.
Waspadai Gaya Hidup Konsumtif yang Datang Bersama Gaji Bulanan
Salah satu jebakan bagi pekerja kontrak adalah godaan untuk meningkatkan gaya hidup begitu mendapat gaji tetap. Banyak yang mulai mencicil barang elektronik, makan di luar setiap minggu, atau rutin membeli kopi kekinian hanya demi terlihat “layak kerja.”
Ini berbahaya. Kontrak Anda akan habis, tetapi tagihan gaya hidup bisa terus berjalan. Pengeluaran yang awalnya kecil-kecil bisa membengkak dan menggerus tabungan tanpa Anda sadari.
Kuncinya adalah hidup di bawah kemampuan Anda, bukan pada batasnya. Jika gaji Anda Rp3 juta, biasakan hidup seolah gaji Anda Rp2 juta. Ini bukan soal pelit pada diri sendiri, tetapi soal bertahan dalam jangka panjang. Gaya hidup sederhana adalah strategi bertahan, bukan simbol kemiskinan.
BACA JUGA: 10 Kebiasaan Buruk Keuangan Yang Bikin Kamu Miskin
Manfaatkan Masa Kontrak untuk Membangun Sumber Penghasilan Tambahan
Salah satu langkah cerdas pekerja kontrak adalah tidak hanya bergantung pada gaji bulanan. Gunakan waktu di luar jam kerja untuk membangun sumber penghasilan tambahan. Pilihan paling realistis di Indonesia saat ini adalah menjadi freelancer di bidang yang Anda kuasai—entah itu desain grafis, menulis, data entry, atau pengelolaan media sosial. Banyak platform lokal seperti Projects.co.id, Sribulancer, bahkan grup Facebook yang bisa jadi lahan awal.
Bagi yang tidak bisa kerja digital, berdagang kecil-kecilan juga layak dicoba. Anda bisa mulai dari dropship, menjual camilan ke rekan kerja, atau bahkan jadi reseller produk rumah tangga. Jangan remehkan hasilnya—banyak pengusaha sukses justru berawal dari pekerjaan sambilan saat masih kerja kontrak.
Membangun side income adalah bentuk antisipasi terbaik. Kalau kontrak habis dan Anda belum dapat pekerjaan baru, setidaknya masih ada aliran dana kecil yang bisa menopang kehidupan sementara waktu.
BACA JUGA: 10 Ide Penghasilan Sampingan
Bangun Jaringan Sebaik Mungkin, Jangan Cuma Sibuk Kerja
Salah satu aset terbesar yang bisa Anda bawa saat kontrak habis adalah koneksi profesional. Sayangnya, banyak pekerja kontrak terlalu fokus pada tugas harian dan lupa membangun relasi. Padahal, peluang kerja baru sangat sering datang dari rekomendasi orang dalam.
Mulailah dari hal-hal kecil: bersikap profesional, bantu rekan kerja saat butuh, aktif saat rapat, dan jangan sungkan menyapa atasan secara personal. Saat kontrak hampir habis, minta testimonial kerja atau surat rekomendasi resmi. Simpan juga kontak HRD, supervisor, atau rekan satu tim yang bisa dijadikan referensi kerja di masa depan.
Dalam dunia kerja, yang Anda kenal seringkali lebih menentukan daripada apa yang Anda tahu.
Mulai Mencari Pekerjaan Baru Sebelum Kontrak Berakhir
Kesalahan paling sering dilakukan pekerja kontrak adalah menunggu kontrak habis dulu baru mulai melamar kerja. Padahal, proses rekrutmen bisa makan waktu berminggu-minggu. Akibatnya, banyak yang terjebak “masa nganggur tak terencana” yang menguras tabungan dan semangat hidup.
Idealnya, Anda mulai aktif melamar kerja setidaknya dua bulan sebelum kontrak habis. Perbarui CV, perbaiki portofolio, dan manfaatkan platform pencarian kerja seperti Jobstreet, Kalibrr, atau LinkedIn. Bahkan lebih baik lagi jika Anda mengumumkan secara terbuka di media sosial bahwa Anda sedang mencari peluang baru. Banyak rekrutmen terjadi karena status tersebut dibaca orang yang tepat.
Setelah Kontrak Habis, Gunakan Dana Darurat dengan Strategi Bertahan
Jika Anda tidak langsung mendapat pekerjaan setelah kontrak habis, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengatur strategi pengeluaran. Gunakan dana darurat hanya untuk kebutuhan pokok: makan, transportasi, sewa, dan komunikasi. Tunda dulu belanja baju, hobi, atau nongkrong.
Di saat ini pula, Anda harus tetap aktif: kirim lamaran setiap hari, buka peluang freelance, atau ambil pekerjaan harian yang bisa membantu menyambung hidup, walau sementara. Jangan diam dan berharap “panggilan datang sendiri.” Anda sedang dalam fase bertahan hidup—yang penting bukan gengsi, tapi keberlanjutan.
Evaluasi Pengalaman Kerja dan Strategi Keuangan Anda
Setelah melalui satu masa kontrak penuh, Anda kini memiliki pengalaman berharga. Inilah saat terbaik untuk evaluasi: apakah Anda terlalu boros selama kerja? Apakah Anda bisa menabung lebih banyak? Apakah koneksi Anda cukup membantu? Apakah skill Anda berkembang?
Evaluasi ini akan menjadi bekal yang sangat penting untuk kontrak selanjutnya—atau bahkan pekerjaan tetap di masa depan. Jika Anda pernah gagal menabung, perbaiki di periode berikutnya. Jika Anda merasa pasif saat kerja, mulai aktif membangun reputasi dan jaringan. Siklus ini akan membuat Anda semakin tahan banting menghadapi dunia kerja yang tidak selalu ramah.
Penutup: Status Anda Boleh Kontrak, Tapi Masa Depan Anda Harus Tetap Punya Rencana
Menjadi pekerja kontrak bukanlah alasan untuk hidup tanpa arah. Justru status ini menuntut Anda untuk lebih sigap, cerdas mengatur keuangan, dan aktif membangun masa depan. Anda tidak harus jadi PNS atau karyawan tetap untuk bisa hidup layak. Tapi Anda harus punya rencana dan strategi yang jelas, sejak hari pertama bekerja hingga kontrak berakhir.
Keuangan Anda tidak harus ikut habis saat kontrak selesai—asal Anda siasati sejak awal.
Post a Comment